ADORASI
Pengantar
Dengan diresmikannya Rumah Adorasi Abadi Pusat Spiritualitas Keuskupan Surabaya (PUSPITA) di Jalan DHARMAHUSADA PERMAI XII/5; Blok N-403 SURABAYA (Belakang SOGO Galaxy Mall) pada tanggal 8 Desember 2006, banyak pihak menyambutnya dengan gembira. Kehadirannya merupakan wujud nyata dari gagasan Pusat Spiritualitas Keuskupan Surabaya seiring dengan semakin menggemanya praktek adorasi di keuskupan Surabaya.
Nah, seiring dengan perkembangan praktek Adorasi, maka perlulah kita memahami dan menyelami beberapa aspek diantara banyak aspek yang terkandung di dalam adorasi:
1. Misteri apa yang terkandung dan yang akan disingkapkan dalam dan oleh praktek Adorasi?
2. Apa semangat batiniah yang terkandung dalam adorasi?
3. Expresi liturgis yang bagaimanakah yang seharusnya lahir dan tumbuh dari batin pelaku adorasi (Adorator)?
Tujuan dari tulisan ini pertama-tama adalah memberikan arah pemahaman tentang makna, tujuan dan semangat dasar batiniah adorasi, serta implikasi yang jelas untuk umat yang mempraktekkan adorasi dengan sujud dan menyembah Tuhan dalam “Roh dan Kebenaran”(bdk. Yoh 4: 24), bukan bermaksud menelusuri historis, injili, teologis secara tersendiri.
A. SEKILAS SEJARAH ADORASI
Praktek adorasi sesungguhnya sudah ada sejak abad ke II, dan mulai populer praktek ini dalam abad pertengahan. Dibawah ini merupakan beberapa dokumen yang menunjukkan sejarah ini:
1. Ketetapan Konsili Trente (1551)tentang dogma transubstantia, menyebutkan bahwa: Konsekrasi yang dilakukan dalam dan atas nama Yesus oleh imam dalam ekaristi sungguh-sungguh mengubah kodrat roti dan anggur menjadi sungguh-sungguh seratus persen tubuh dan darah Kristus. Hal ini berperan penting dalam proses meneguhkan dan memperluas praktek devosi kepada Sakramen Maha Kudus. Ketetapan bapa-bapa Gereja (Magisterium) ini digerakkan iman akan sabda Kristus ketika perjamuan terakhir-Nya:” Ambillah, makanlah, inilah tubuhKu, lalu, Minumlah kamu semua dari cawan ini, sebab inilah darahKu.(bdk. Mat 26: 26-28; Mark 14: 22-24; Luk 22: 19-20, lih. 1Kor 14: 23-26;juga Yoh 6: 35 tentang Akulah roti Hidup).
2. Para Paus era reformasi Vatikan II, di antaranya Paus Paulus VI dan Paus Yohanes Paulus melalui ensikliknya, Mysterium Fidei (1965) dan Dominicae Cenae (1980) serta Katekismus art. 1330, beliau sangat menganjurkan praktek penghormatan kepada Sakramen Maha Kudus. Bahkan beliau menyebutnya sebagai The Sacramen of the Sacraments. Maka sangatlah tepat kalau mendiang Yohanes Paulus II dalam kotbahnya pada Kongres International Ekaristi di Spanyol pd tahun 1993 berkata: “Saya berharap bahwa buah dari kongres ini adalah menghasilkan pengadaan Adorasi Ekaristi Abadi di semua paroki dan komunitas kristiani seluruh dunia.”
B. Menciptakan Suasana Adorasi
Beberapa kutipan Biblis dibawah ini menghantar kita untuk dapat mengerti pemahaman dasar dan menikmati aroma cita rasa adorasi. Usahakan untuk dibaca berulang-ulang, nuikmati kebesaran Tuhan Allah, satukan hati dengan pemazmur dalam sujud dan menyembah.
1. Mazmur 95: 1-7
Marilah kita bersorak-sorai untuk TUHAN,
bersorak-sorak bagi gunung batu keselamatan kita.
Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan nyanyian syukur,
bersorak-sorak bagi-Nya dengan nyanyian mazmur.
Sebab TUHAN adalah Allah yang besar,
dan Raja yang besar mengatasi segala allah.
Bagian-bagian bumi yang paling dalam ada di tangan-Nya,
puncak gunung-gunung pun kepunyaan-Nya.
Kepunyaan-Nya laut, Dialah yang menjadikannya,
dan darat, tangan-Nyalah yang membentuknya.
Masuklah, marilah kita sujud menyembah,
berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita.
Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya
dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya.
2. Mazmur 96: 9
Sujudlah menyembah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan,
gemetarlah di hadapan-Nya, hai segenap bumi
3. Mazmur 99: 5
Tinggikanlah TUHAN, Allah kita,
dan sujudlah menyembah kepada tumpuan kaki-Nya! Kuduslah Ia!
St. Thomas Aquinas dalam himne Adoro Te devote, juga melukiskan kekuatan iman akan Tuhan yang tersamar dalam rupa roti Sakramen Maha Kudus.
Aku sembah sujud dihadapanmu,
Tuhan yang tersamar hadir di sini
Hanya rupa roti tertampak kini
Namun aku yakin akan sabdaMu
Panca inderaku tak menangkapnya
Namun aku yakan sabdaMu
Sebab hanya sabda Allah Putera
Kebenaran mutlak tak tersangkalkan.
Adorasi merupakan sebuah ibadah sembah sujud yang berakar pada sikap iman yang mengakui kebenaran Allah yang mahabesar. Adorasi digerakkan oleh sikap batin bahwa diriku merasa kecil dihadapan Tuhan, sehingga pantaslah kita tunduk dihadapanNya. Wujud dari sikap batin ini diungkapkan dengan tubuh yang sujud menyembah Allah yang mahakuasa.
C. Pengertian ADORASI
Berdasarkan asal katanya (etimologis), adorasi berasal dari bahasa Latin: adorare, (Bhs Inggrisnya: adore), artinya : perbuatan ibadah, menyembah dan memuja. Arti kata ini berlaku hanya ditujukan untuk Tuhan.
Secara teologis, adorasi hanya ditujukan kepada Allah (Lih. Luk 4:8),dilakukan dengan rasa takut akan Tuhan (lih. Kel 6:13) dan dalam kesadaran bahwa diri ini sungguh kecil dihadapanNya. Maka layaklah adorasi dihayati dengan penuh hormat dan cinta.Seseorang ketika lebih dalam memaknai adorasi, ia akan hanya sujud menyembah tanpa kata.
Jadi dengan demikian kita bisa memahami adorasi merupakan ungkapan dan buah dari hati yang mengakui ADA-nya Allah dengan segala karya-karyaNya yang baik.
Dalam tataran praktis saat ini, adorasi merupakan praktek penghormatan kepada Tuhan yang hadir dalam Sakramen Maha Kudus. Hosti Kudus sungguh-sungguh merupakan wujud kehadiran Kristus sendiri dan sungguh-sungguh seratus persen Tubuh Kristus.[1]
Ibadah penghormatan ini bisa diselenggarakan secara bersama (komunal) baik itu dalam Ekaristi Kudus maupun di luar perayaan Ekaristi Kudus, dan bisa juga dilaksanakan secara pribadi.
D. TUJUAN ADORASI
Kita akan memiliki pemahaman yang benar tentang adorasi ketika kita memiliki kesadaran tentang tiga hal pokok yang ikut membangun tujuan adorasi. Tiga hal tersebut adalah :
a. Misteri iman dan yang hendak disingkapkan.
b. Isi dan semangat batiniah pelaku adorasi (adorator)
c. Pengungkapan dan tindakan liturgis yang menyertainya.
1. MISTERI IMAN YANG HENDAK DISINGKAPKAN
Dalam adorasi, ada misteri iman yang hendak disingkapkan dan ditunjukkan (biasanya dalam adorasi, Hosti Kudus ditahtakan dalam Monstrans, tidak di sembarang tempat, monstrans mengandung makna dasar : Menunjukkan). Lalu Siapa yang ditunjukkan seiring dengan makna Monstrans? Yang hendak ditunjukkan dan disingkapkan adalah: KRISTUS sendiri yang adalah Sakramen[2] Allah yang sempurna, Sabda yang menjadi manusia, Mesias yang diutus Allah untuk mewartakan kabar keselamatan Allah,Putera Bapa, Sang Anak Domba, Imam Agung sekaligus kurban penebusan dosa manusia dan Gembala Agung yang yang mengorbankan tubuhNya di Salib serta Sakramen Kasih Allah.
2. Isi dan Semangat Batiniah Adorasi (adorator)
Isi dan semangat batiniah adorator sesungguhnya harus mengalir dari sikap hati-nurani yang mengakui, tunduk-sujud-menyembah ADA-nya Allah dalam segala kekuasaan dan kebaikanNya
1. Mengakui ADA-nya ALLAH dan KebesaranNya.
Mengakui ADA-nya Allah dan kebesaranNya merupakan isi utama dari setiap tata-laku adorasi. Pengakuan iman (Doa Aku Percaya), menyatakan bahwa Allah itu benar-benar ada dan manusia mengakuiNya secara personal sebagai benar-benar “YA TUHANKU DAN ALLAHKU” sebagaimana Thomas MENGUNGKAPKANNYA.Pengakuan St. Thomas ini mengingatkan kita pada perjanjian Israel sebagai umatNya dan Yahwe sebagai Allah mereka. Selain itu, juga mengingatkan kita bahwa orang Kristiani sesungguhnya telah dipersatukan dengan Kristus dan GerejaNya melalui pembaptisan yang telah diterimaNya dan juga sebagai anak-anak Allah dan milik Kristus.
Adorasi mengungkapkan penyerahan diri dan ketundukan kita kepada Allah.Kita menghayati Allah sebagai Yang Maha Besar baik itu dalam keberadaanNya maupun dalam berbagai karyaNya yang terwujud dalam kehidupan dan jaman.Pengakuan akan ke-Mahabesaran Tuhan ini, kita harus menyadari dan bersikap bahwa diri kita adalah kecil dihadapan Tuhan yang Mahabesar. Maka dari itu, Adorasi mengajak kita untuk mempraktekkan pengosongan diri, menyadari kerapuhan diri kita akibat dosa, sehingga Allah meresapi dan meraja dalam hidup batin kita. Adorasi juga menyadarkan diri kita untuk melepaskan diri dari kuasa dosa dan juga menyadarkan diri bahwa diri kita memerlukan pertobatan dan bantuan rahmatNya.
Adorasi, mendorong tumbuhnya cinta dengan memandang Dia dan mendengarkan SabdaNya. Bagi pelaku adorasi (adorator)harus terdorong kuat untuk beradorasi dan tinggal dalam persatuan dengan Tuhan dan akhirnya hidup menyerupai Dia (Mengenakan Kristus dalam hidup keseharian).Ketika adorasi, kita meyakini bahwa kehidupan, keselamatan, dan kebahagiaan sejati nampak secara tersamar dalam Sakramen Mahakudus dan kita sungguh-sungguh dari dalam hati mengakui bahwa hal ini merupakan jalan kebenaran dan hidup. Kita juga diyakinkan bahwa kita yang berasal dari kesatuan dengan Allah akan kembali juga ke hadiratNya dalam keabadian.
2.SEMBAH SUJUD.
Sujud Menyembah merupakan expresi dan buah pengakuan iman akan ADA-nya Allah dan KebesaranNya. Secara fisik, Sujud Menyembah nampak dalam perbuatan Sujud dengan meletakkan kepala hingga ke tanah. Hal ini dalam Kitab Suci ditunjukkan dalam sikap Abraham ketika menyambut tiga malaikat utusan Tuhan. Hal ini tertulis dalam Kitab Kejadian 18:2.
“ Ketika ia mengangkat mukanya, ia melihat tiga orang berdiri di depannya. Sesudah dilihatnya mereka, ia berlari dari pintu kemahnya menyongsong mereka, lalu sujudlah ia sampai ke tanah”
Ungkapan Sujud Menyembah secara fisik ini mengungkapkan maksud hati dan kehendak sebagai hamba untuk tunduk hanya kepada Tuhan.Sembah-sujud merupakan perwujudan paling nampak dari bahasa hati dan batin dan diungkapan dengan sepenuh hati. Disana ada ungkapan hormat dalam keheningan jiwa dan tercipta suasana khusuk. Ekspresi tubuh ini haruslah mengalir dengan sepenuh jiwa dan sikap afeksi. Ketika adorasi, di sana ada ungkapan hormat, jiwa yang tenang dan kekhusukan. Bahasa tubuh serupa itu merupakan sikap batin yang ingin menyembah Allah (Bdk. Yoh 4:24).
3. PENINGGIAN
Peninggian merupakan bentuk pengagungan iman, suatu ungkapan kegembiraan atas Allah, suatu madah atas karya-karya agung Tuhan dalam jaman dan kehidupan manusia dan dari sanalah mengalir semangat jiwa untuk memuji dan memuliakan Tuhan.
3.BAHASA LITURGI
Bahasa liturgi dalam adorasi pada dasarnya mengungkapkan misteri iman yang tersimpan serta isi dan maksud batin adorator.
Berikut ini beberapa sikap liturgis yang dipakai dalam tata devosi kepada Sakramen Mahakudus.
a. Prosesi
Prosesi mengungkapkan bahwa Allah itu ADA, Ia hadir dalam jaman dam waktu. Saat prosesi sikap batin yang sepantasnya dibangun adalah sikap tubuh yang tunduk dan hormat, serta batin mengakui dalam roh dan kebenaran.
b. Pentahtaan
Makna dibalik ini adalah suatu kenyataan dimana Allah membuka diri secara luas tentang diriNya dan Ia bersedia untuk umatNya. Selain itu pentahtaan merupakan suatu saat dimana Tuhan mengundang umatNya untuk hadir, mendengar, mencerna dengan akal budi sekaligus merasakanNya dalam batin.
Sikap batin adorator yang seharusnya dibangun adalah sikap yang selalu merasa rindu untuk mengenal, haus dan lapar, peka dan terbuka, hening, kontemplasi akan Dia. Sementara sikpa tubuh yang pantas ketika berada di depan Sakramen Maha Kudus adalah duduk tenang dan sambil berdoa. Waktu seperti ini merupakan waktu yang terbaik untuk berbincang-bincang dengan Tuhan dalam keheningan hati nurani.
c. Pujian
Pujian yang diungkapkan melalui kata mengungkapkan batin yang meninggikan, memuliakan dan memuja Allah yang ADA dan kebesaranNya.
Pada konteks adorasi bersama, doa Salve biasa didaraskan dengan sikap tubuh berlutut. Dalam konteks Adorasi pribadi, Kidung Maria (Magnificat)bisa digunakan, bahkan sebagai bahan inspirasi untuk menyususun doa doa batin yang sesuai dengan pengalaman hidup pribadi.
Sikap tubuh yang baik adalah duduk, belutut dengan mengangkat kedua tangan terbuka dengan siku sejajar dengan bahu.
d. Berkat
Berkat, menyatakan kuasa Allah dan kebaikanNya yang memberikan rahmat dan karunia kepada manusia. Berkat diberikan hanya melalui pelayanan imam.Sikap batin yang harus dikembangkan ketika menerima berkat adalah: Bersyukur penuh kegembiraan.Sementara, sikap tubuh yang pantas adalah: Berlutut dengan tubuh membungkuk, kepala menunduk, dan kedua telapak tangan bersatu di depan dada. Khusus dalam adorasi pribadi, sikap ini dapat digantikan dengan sikap tunduk menyembah sempurna hingga kepala dan kedua tangan menyentuh lantai, dapat dilakukan sebagai salam hormat untuk membuka maupun menutup adorasi pribadi. Tetapi ketika ber-adorasi pribadi dan disekitar ada orang lain yang beradorasi pribadi pula tentunya memerlukan sikap bijak dari pribadi yang bersangkutan.[3]
Penjelasan ini diharapkan memberi inspirasi bagi umat dalam meluangkan waktu berharganya untuk beradorasi pribadi secara benar dan dalam semangat Roh yang memuji kebesaran dan kebaikan Allah dalam hidup sehari-hari.
“Tidak ada waktu yang legih berharga daripada menemui Dia di sana: Dalam penyebahan, dalam kontemplasi dengan penuh iman, dan siap memberi silih bagi kesalahan besar dan ketidakadilan yang ada di dunia” [4]
[1] Kalimat ini merupakan tambahan dari penyadur.
[2] Sakramen mengandung makna : tanda dan sarana Kasih Allah yang menyelamatkan.
[3] Kalimat ini merupakan tambahan dari penyadur sekaligus sabagai harapan.
[4] Surat Dominicae Cenae, Yohanes Paulus II, art. 3
Sabtu, 06 September 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar